Laman

selamat datang

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU DI KOTA SURABAYA TAHUN 2018

Rabu, 05 Juli 2017

RAKYAT PAPUA, KELUH KESAH


Rakyat Papua, Keluh Kesah
Oleh: Maiton Gurik, S.I.Kom

 Rakyat Papua keluh kesah atas kegagalan implementasi kebijakan, program, Perda/Perdasus, proyek semakin sering terdengar macet (ditengah jalan), dugaan korupsi masih yang banyak belum tuntas mulai dari para penyelenggara pemerintah, gubernur, bupati/walikota, DPR dan sampai kepala desa.
Konon gubernur berkeluh kesah karena petunjuk, pengarahan bahkan instruksinya belum dilaksanakan para SKPD nya. Para pembantunya itu punya loyalitas ganda, bahkan bisa jadi multi loyalitas parpol dan sponsor lain yang “ikut menjaga keamanan posisinya”. Para SKPD mengeluhkan bawahan yang tidak loyal. Kabarnya pejabat juga berkeluh kesah tentang banyaknya proposal minta sumbangan dari OKP, LSM, Ormas bahkan masyarakat hukum.
Para pemerhati pembangunan mengeluh karena kekuasaan politik dinasti. Kekuasaan politiknya kadang mencari keluarga pada posisi-posisi terpenting, bukan mencari kualitasnya orangn. Ada juga pejabat yang mengeluh hasil sampingannya tidak sebanyak rekannya. Demikian semua pejabat sampai kepala desa kompak berkeluh kesah dengan nyayian yang kurang lebih sama yaitu kurangnya SDM yang mumpuni, anggaran yang cekak, dan reformasi yang melahirkan aparat birokrasi yang kurang displin dan loyal berani melawan atasannya.
Lalu rakyat yang sudah bayar pajak hasil jualan pinang maupun belum, yang hidupnya susah harus berkeluh kesah kemana lagi? Bahkan sudah menjadi rahasia umum aparat birokrasi sering berkeluh kesah pada rakyat yang terpaksa harus atau sedang beberurusan dengan birokrasi, karena gajinya kurang, tidak ada biaya operasional, dan lain-lain. Rakyat yang ingin berkeluh kesah terpaksa menerima keluh kesah.
Rakyat yang berkeluh kesah menghadapi kenaikan harga barang dan pungutan di sekolah masih bahal dan liar. Pedagang besar sampai penjual pinang mengeluh susahnya cari duit sekarang ini sementara pungutan pajak, restribusi uang keamanan sampai pungli dijalanan meningkat tanpa kena belas kasihan.
Guru dan TNI/POLRI berkeluh kesah karena kecilnya gaji, honor dan uang lauk pauk. Nelayan (pesisir) sudah lama mengeluh tidak melaut karena mahalnya harga solar naik turun. Masyarakat (gunung) keluh kesah karena tiap hari harus naik pesawat, terbang sana-sini. Keluh kesah juga karena biaya tiket pesawat yang cukup mahal dan sering naik turun.
Petani mengeluh karena langka dan jarak dari rumah ke pasar, banjir, hama, kekeringan, dan turunya harga gabah saat panen. Sopir dan abang becak berkeluh kesah sepi penumpang. Buruh berkeluh kesah atas rendahnya upah. Pencari kerja putus asa karena sulitnya lowongan kerja. Pencari HAM/keadilan/kemanusiaan sering berputus asa harus berhadapan dengan para aparat kepolisian yang mata duitan, yang terkenal dengan mafia peradilan.
KPK mengeluh karena banyaknya dugaan kasus korup yang harus ditanggani, BPK juga mengeluh karena hasil–hasil temuannya ditindaklanjuti. Pejabat pemerintah mengeluh karena sering dipanggil DPR. Lucunya DPR berkeluh kesah karena padatnya rapat-rapat sampai larut malam, sementara paling tidak kata sebagian nya honorarium nya tidak memadai. Rakyat juga mengeluh karena DPR kurang memperjuangkan nasib rakyat dan ruang sidangnya sering kosong.
Anehnya makhluk Sang Pencipta lainnya yaitu binatang, diyakini mengeluh karena diburu dan lahan nya dirusak manusia tanpa perikemanusiaan apalagi perikebinatangan. Tumbuhan juga berkeluh kesah dibantai, sehingga hutan, gunung, dan laut marah dengan banjir, kekeringan, longsor, tsunami dan gempa. Bagaimana dengan makhluk Sang Pencipta lainnya seperti malaikat dan setan. Konon mereka juga mengeluh karena para malaikat sudah jarang mencacat kebaikan manusia, sementara setan juga menganggur karena manusia sudah piawai, tak perlu di ajari lagi. Bahaya kalau begini!
Meski demikian meratanya keluh kesah di negeri cenderawsih ini, Gubernur, DPRP, MRP Bupati dan Walikota “optimis” akan masa depan negerinya. Semoga!
Kampus UNAS Jakarta, 04 Juli 2017

Tidak ada komentar: